Assalamu'alaikum
Ini aku share cerpen buatan aku..
Semoga bermanfaat..
Paijo Itulah nama panggilan
salah satu pemulung di desa Punjulharjo. Paijo adalah pemulung yang tidak
memiliki kondisi fisik yang sempurna. Ia terlahir tidak memiliki jumlah kaki
yang sempurna. Ia hanya memiliki satu kaki untuk berjalan. Paijo adalah anak
pertama dari 3 bersaudara. Paijo kurang lebih berumur 10 tahun. Ia tinggal di
rumah yang reot bersama ibu dan kedua adiknya. Adik pertamanya bernama Sri
berumur 8 tahun dan adik keduanya bernama Parmin berumur 6 tahun. Bu Sarni
adalah ibunya. Beliau sudah selama 2 tahun mengalami sakit-sakitan. Sedangkan
ayahnya meninggal 1 tahun yang lalu karena kecelakaan saat bekerja menjadi kuli
bangunan.
Sejak 1 tahun yang lalu
ayahnya meninggal, Paijo dan kedua adiknya terpaksa untuk putus sekolah karena
tidak mempunyai biaya lagi untuk melanjutkan sekolah. Sehingga Paijo harus
bekerja demi menghidupi keluarganya. Paijo tau jika hanya dialah yang bisa
menghidupi keluarga kecilnya itu. Paijo terpaksa menjadi pemulung karena ia
tidak tau ingin bekerja apa lagi selain menjadi pemulung. Sedangkan kondisi
fisiknya juga tidak sempurna. Sehingga Paijo sulit untuk melakukan kerja berat
lainnya. Meskipun begitu, ia bekerja dengan ikhlas dan sepenuh hati. Meskipun
kondisi fisiknya tidak sempurna, tetapi Paijo tetap bersemangat dan tidak kenal
putus asa.
Hari Senin..
Seperti hari-hari biasanya,
Paijo bangun pukul 4 pagi. Kegiatan pertamanya yaitu mandi dan tak lupa untuk
sholat dan mengaji. Paijo adalah anak yang rajin. Meskipun ia tidak bersekolah
tetapi sejak kecil, ia sudah dididik ayahnya agar bisa membaca al qur’an.
Sehingga Paijo sudah lancar dalam membaca al qur’an. Kemudian kegiatan keduanya
yaitu membuat sarapan untuk ibu dan kedua adiknya. Meskipun ia hanya mampu untuk
membuat menu nasi jagung setiap harinya, tetapi ia selalu bersyukur karena
keluarganya masih bisa makan.
Ketika semua kegiatan sudah
dilakukan oleh Paijo, kemudian ia pun berangkat untuk memulung. Tak lupa,
sebelum berangkat, Paijo berpamitan dengan ibunya yang masih terbaring lemah di
tanah yang beralaskan tikar. “Bu, saya berangkat mulung dulu ya. Sarapannya
sudah siap di meja.”Ujar Paijo kepada ibunya. Kemudian ibunya pun menjawab
“Iya, nak hati-hati ya di jalan. “Iya, Bu. “Assalamu’alaikum.” Jawab Paijo
sambil meninggalkan ibunya. ”Waalaikumsalam, Paijo.”Sahut ibunya. Setelah
berpamitan pada ibunya, kemudian Paijo pun berangkat menuju tempat untuk
memulung. Biasanya Paijo menuju pasar, terminal, dan tempat-tempat yang lain
yang terdapat banyak sampah.
Karena kondisi fisiknya yang
tidak sempurna, sehingga membuat Paijo sulit untuk mengumpulkan banyak sampah.
Namun, tidak membuat Paijo putus asa. Justru karena ia memiliki kekurangan ia
menjadi semangat dan semangat untuk bekerja. Tak jarang pula banyak orang yang
memberinya uang. Karena mereka merasa kasihan pada Paijo. Namun, Paijo
menolaknya. Karena Paijo merasa ia masih bisa bekerja meskipun hanya menjadi
pemulung. Paijo tidak menyukai menjadi pengemis karena pengemis adalah
pekerjaan bagi orang yang malas dan hanya menunggu belas kasihan dari orang
lain.
Setelah selama beberapa jam
Paijo memulung, ia pun tidak langsung pulang ke rumah. Paijo menuju salah satu sekolah
di kotanya. Ia menuju SD N 1 Gedongmulyo. Setiap harinya dia berkunjung ke SD
tersebut hanya untuk mengikuti sedikit pelajaran yang diajarkan guru di sana.
Paijo hanya bisa mendengarkan pelajaran dari jendela. Karena ia merasa tidak
pantas untuk bersekolah di SD tersebut. Karena sebelumnya ia bersekolah di SLB
(Sekolah Luar Biasa). Sekolah yang khusus untuk anak-anak yang cacat. Tetapi Paijo
sangat ingin bisa sekolah di sekolah umum bukan Sekolah Luar Biasa (SLB)
meskipun kondisi fisiknya tidak sempurna. Untuk itu, ia bekerja keras agar bisa
sekolah kembali dan melanjutkan cita-citanya. Paijo bercita-cita ingin menjadi
guru sekaligus bisa membangun sekolah bagi anak-anak pemulung di desanya.
Karena banyak dari mereka yang tidak bersekolah karena keterbatasan biaya.
Saat sedang serius
memperhatikan pelajaran, tiba-tiba ada yang menghampiri Paijo. Ternyata yang
menghampiri Paijo adalah salah satu guru di SD N 1 Gedongmulyo. Dan kemudian
Paijo mencoba untuk melarikan diri, tetapi guru tersebut mengejarnya. Kemudian
guru tersebut menanyainya “Hai siapa namamu?”. Kemudian Paijo menjawab “Nama
saya Paijo, Pak.”. “Apa yang kamu lakukan di sini nak?”tanya Pak Bagus.
“Sa..sa..saya hanya ingin mengikuti pelajaran di sini.”. “Apakah kamu tidak
sekolah?”. Kemudian Paijo menjawab “Saya dulu sekolah pak di SLB karena ketika
itu ayah saya belum meninggal dan masih bekerja, Tetapi saya terpaksa putus
sekolah karena ayah saya meninggal dan ibu saya sakit-sakitan. Sehingga saya
harus bekerja menghidupi keluarga.”. “Mengapa kamu tidak bersekolah
kembali?”tanya Pak Bagus. Kemudian Paijo menjawab “Saya tidak punya biaya, Pak.
Kedua adik saya juga tidak bersekolah. Pasti untuk melanjutkan sekolah kembali
butuh biaya yang tidak sedikit. Lagipula saya ini orang cacat jadi tidak pantas
sekolah kembali”. Kemudian Pak Bagus menyanggah” Wah Paijo kamu salah besar.
Sekarang ini sekolah gratis. Ada beasiswa yang bisa membantumu untuk sekolah
kembali. Bapak bisa membantumu.”. “Tapi Pak bagaimana dengan pekerjaan saya?
Siapa yang menghidupi keluarga saya jika saya sekolah?”Jawab Paijo. “Kamu bisa
bekerja setelah pulang sekolah. Bapak juga bisa mengusulkan bantuan untuk kamu.
Jadi kamu tidak usah khawatir.” Karena sangat bahagia Paijo pun bersujud
syukur. “Ya Allah.. Alhamdullilah.. Makasih ya allahh.. Makasih juga Pak atas
bantuannya.”. “Kamu pantas mendapatkannya Paijo.. Karena kegigihan kamu selama
ini untuk bisa bersekolah kembali.”Jawab Pak Bagus. Paijo sangat bahagia akan
bisa bersekolah kembali.
Matahari sudah mulai
menghilang dari langit. Tanda hari mulai menjelang malam. Paijo memutuskan
untuk pulang ke rumah. Hari ini ia membawa rezeki yang tak seberapa dan
sekaligus kabar gembira untuk ibu dan kedua adiknya. Ia sangat bersyukur.
“Alhamdullilah.. Makasih Ya Allah telah memberikanku berkah hari ini.”Ujar
Paijo di perjalanan pulang. Sebelum sampai di rumah, Paijo mampir di warung
untuk membeli obat yang biasa ia beli untuk ibunya. Paijo tidak memiliki cukup
uang untuk memeriksakan ibunya di rumah sakit.
Setelah beberapa saat,
akhirnya Paijo sampai di rumah. Paijo pun langsung memberi tau ibu dan kedua
adiknya mengenai beasiswa. Dengan semangat Paijo berkata “Ibu besok Paijo, Sri,
Parmin bisa bersekolah.”. “Wahh.. kok bisa kak?”Sahut Sri dengan semangat.
“Kita dapat beasiswa dari SD N 1 Gedongmulyo, berkat Pak Bagus salah satu guru
di SD tersebut membantu kita.”Jawab Paijo. “Alhamdullilah Ya allah”Sahut Ibu Sarni.
Paijo, Ibu Sarni, Sri, dan Parmin sangat bahagia. Tak lupa Paijo pun memberikan
obat untuk ibunya. “Oh ya, Bu. Ini obatnya.”Ujar Paijo kepada ibunya.
“Ti..ti..tidak apa-apa, Jo. Maaf ibu telah menyusahkanmu.” Ujar Bu Sarni.
“Tidak apa-apa, Bu sudah Ibu istirahat saja.” Setelah memberikan obat untuk
ibunya, kemudian Paijo bergegas untuk mandi, sholat dan mengaji. Setelah itu,
Paijo belajar membaca seperti biasa yang ia lakukan.
Malam telah tiba. Suasana gelap
pun menyelimuti rumah Paijo. Mereka tidak bisa melakukan aktivitas apapun
selain hanya bisa menikmati suasana gelap tersebut. Sejak ayah Paijo meninggal,
listrik di rumahnya diputus oleh PLN karena tidak memiliki biaya untuk membayar
tagihannya. Malam semakin larut. Akhirnya keluarga kecil tersebut istirahat.
Hari Selasa..
Hari ini adalah hari pertama
Paijo, Sri, dan Parmin untuk memulai bersekolah kembali. Dan mereka juga sangat
senang karena ibunya sudah sembuh dari sakitnya. Mereka bangun pagi dan
kemudian bersiap untuk bersekolah. Setelah beberapa saat mereka bersiap,
akhirnya mereka berangkat ke sekolah barunya. Dan tak lupa mereka berpamitan
kepada ibunya. “Bu, kita berangkat sekolah dulu ya?”Ujar Paijo kepada
ibunya. “Iya, Nak. Hati-hati yaa dan
belajar yang pintar agar cita-cita kalian tercapai.”Sahut ibunya.
Kemudian Paijo dan kedua
adiknya menuju ke sekolah barunya. Paijo dan kedua adiknya sangat rindu dengan
kegiatan belajar mengajarnya yang sudah mereka tinggalkan selama kurang lebih 1
tahun. Dan kini mereka bisa melanjutkan sekolahnya kembali. Mereka sangat
bahagia dan tak lupa mereka selalu bersyukur dengan apa yang telah mereka raih.
Karena orang tua mereka selalu menanamkan sifat selalu bersyukur.
Hari demi hari..
Minggu demi minggu..
Bulan demi bulan telah
mereka lalui. Paijo, Sri, dan Parmin semakin giat dalam kegiatan belajarnya. Prestasi
mereka sama sekali tidak menurun justru malah semakin meningkat. Mereka gigih
dalam belajar demi menggapai cita-citanya. Kegigihan dan semangat belajar
mereka selama ini membuahkan hasil. Mereka mendapatkan beasiswa sekolah hingga
kuliah. Mereka sangat bersyukur apalagi Paijo. Paijo sangat bersyukur bisa
menggapai salah satu cita-citanya yaitu bisa melanjutkan sekolah di sekolah
umum bukan SLB (Sekolah Luar Biasa) ternyata meskipun ia memiliki kondisi fisik
yang tidak sempurna tetapi ia bisa menggapai cita-cita yang ia anggap hanya
sebuah mimpi. Sekarang Paijo percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin di
dunia ini. Sebagai manusia yang ingin menggapai cita-cita haruslah selalu
semangat, gigih, dan tidak mudah putus asa. Karena semangat, gigih, dan tidak
mudah putus asa adalah kunci meraih kesuksesan.
TAMAT
Wassalam..
No comments:
Post a Comment