DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL..................................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................................. ii
PEMBAHASAN
1.1 Botani Tanaman Sawi.............................................................................................. 1
1.2 Klasifikasi Tanaman Sawi........................................................................................ 1
1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Sawi................................................................................ 2
1.4 Teknik Budidaya Tanaman Sawi............................................................................. 4
1.5 Hama dan Penyakit Tanaman Sawi......................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 14
PEMBAHASAN
1.1 Botani Tanaman Sawi
Sawi (Brassica
rapa var. Parachinensis L.) merupakan salah satu
komoditas tanaman hortikultura dari jenis sayur sayuran yang di menfaatkan
daun-daun yang masih muda. Daun sawi sebagai makanan sayuran memiliki
macam-macam manfaat dan kegunaan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sawi
selain dimanfaatkan sebagai bahan makanan sayuran, juga dapat dimanfaatkan
untuk pengobatan. Selain itu sawi juga digemari oleh konsumen karena memiliki
kandungan pro-vitamin A dan asam askorbat yang tinggi. Ada dua jenis
caisin/sawi yaitu sawi putih dan sawi hijau.
Daerah asal tanaman sawi diduga dari Tiongkok dan Asia
Timur, konon di daareah Tiongkok, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500
tahun yang lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina dan Taiwan. Masuknya sawi
kewilayah Indonesia diduga pada abad XIX. Bersamaan dengan lintas perdagangan
jenis sayuran sub-tropis lainnya, terutama kelompok kubis-kubisan. Daerah pusat
penyebaran sawi antara lain Cipanas, Lembang, Pengalengan, Malang dan Tosari.
Terutama daerah yang mempunyai ketinggian diatas 1.000 meter dari permukaan
laut.
Sistem perakaran sawi memiliki akar tunggang dan
cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemua
arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain
mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya
batang tanaman. Batang sawi sangat pendek dan beruas-ruas sehingga hampir tidak
terlihat. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun. Sawi
memiliki daun yang lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada
umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak hingga sukar membentuk krop.
Sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami
baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun
dalam tangkai bunga yang tumbuh memanjang dan bercabang banyak. Tiap kuntum
bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota
bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang
berongga dua.
1.2 Klasifikasi Tanaman Sawi
Kingdom: Plantae
(Tumbuhan)
Subkingdom:
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi:
Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida
(berkeping dua / dikotil
Sub Kelas: Dilleniida
Ordo: Capparales
Famili: Brassicaceae
(suku sawi-sawian)
Genus: Brassica
Spesies: Brassica
rapa var. parachinensis L.
1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Sawi
Sawi pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah. Tanaman ini selain
tahan terhadap suhu panas juga mudah berbunga dan menghasilkan biji secara
alami pada kondisi iklim tropis Indonesia.
Ada baiknya lokasi usaha tani sawi harus memiliki
kondisi lingkungan yang sesuai seperti yang dikehendaki tanaman. Sebab,
kecocokan keadaan lingkungan menunjang produktifitas tanaman. Hingga saat ini
masih banyak di jumpai para petani yang mengalami gagal panen atau memperoleh
keuntungan yang rendah karena kurang memperhatikan keadaan lingkungan lokasi
penanaman.
Adapun keadaan lingkungan yang cocok untuk
membudidayakan tanaman sawi adalah sebagai berikut:
1. Keadaan Iklim
Keadaan iklim yang perlu mendapat perhatian didalam
memnentukan lokasi usaha tani sawi adalah suhu udara, kelembaban udara, curah
hujan, dan penyinaran cahaya matahari.
a.
Suhu Udara.
Selain dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim
sedang tetapi saat ini , tanaman sawi berkembang pesat di daerah panas. Kondisi
iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan sawi adalah daerah yang mempunyai suhu
malam hari 15,6°C dan siang hari 21,1°C. Pertumbuhan sawi yang baik membutuhkan
suhu udara yang berkisar antara 19ºC - 21ºC. Keadaan suhu suatu daerah atau wilayah
berkaitan erat dengan ketinggian tempat dari permukaan laut. Daerah yang
memiliki suhu berkisar antara 19ºC - 21ºC adalah daerah yang ketingiannya 1000
– 1200 m dpl, semakin tinggi letak suatu daerah dari permukaan laut, suhu
udaranya semakin rendah.sementara itu pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh suhu
udara.
Jika suhu lingkungan untuk menanam melebihi 21ºC dapat
menyebabkan tanaman sawi tidak dapat tumbuh dengan baik. Karena suhu udara
sangat mempengaruhi. Jika tidak sesuai dengan kehendakinya maka pertumbuhannya
pun tidak bagus, karena terhambatnya proses fotosintesis yang dapat
mengakibatkan terhentinya produksi karbohidrat dan respirasi meningkat lebih
besar. Jika sesuai dengan daerah yang dia kehendaki, maka tanaman dapat
melakukan fotosintesis dengan baik untuk pembentukan karbohidrat dalam
jumlah yang besar. Sehingga sumber energi lebih tersedia untuk proses respirasi,
pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman.
b. Kelembaban Udara
Kelembaban yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi
yang optimal berkisar antara 80% - 90%. Kelembaban yang lebih dari 90%
berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman, yakni tanaman tumbuh tidak
sempurna, tanaman tidak subur, kualitas daun jelek, dan bila penanaman
bertujuan untuk pembenihan maka kualitas biji jelek. Kelembaban udara juga
berpengaruh terhadap proses penyerapan unsur hara oleh tanaman yang diikuti
dengan meningkatnya pertumbuhan tanaman.
c. Curah Hujan
Tanaman sawi dapat ditanam sepanjang tahun. Curah
hujan yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan hidup tanaman
karena ketersediaan air tanah mencukupi. Curah hujan yang sesuai untuk
pembudidayaan tanaman sawi adalah 1000 – 1500 mm/tahun. Daerah yang
memiliki curah hujan sekitar 1000 – 1500 mm/tahun ialah daerah dengan
ketinggian 1000 – 1500 m dpl. Tanaman Sawi tahan terhadap air hujan, sehingga
dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan
adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini
membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana
lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang.
Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan.
d. Penyinaran Cahaya Matahari
Tanaman melakukan fotosintesis memerlukan energi yang
cukup. Cahaya matahari merupakan energi yang diperlukan untuk tanaman dalam
melakukan fotosintesis. Energi kinetik matahari yang optimal yang diperlukan
tanaman untuk pertumbuhan dan produksi berkisar antara 350 cal / cm2
– 400 cal / cm2 setiap hari. Tanaman sawi hijau memerlukan cahaya
matahari tinggi.
Faktor cahaya sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan
tanaman dan produksi. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mengakibatkan meningkatnya
proses fotosintesis, akan tetapi peningkatan proses fotosintesis akan terhenti
pada titik jenuh cahaya matahari. Cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan
pertumbuhan dan produksi tanaman menurun.
Tanaman sawi hijau untuk mendapatkan intensitas cahaya
matahari yang cukup memerlukan panjang penyinaran matahari 12 - 16 jam setiap
hari
2. Keadaan
Tanah
Persyaratan tumbuh bagi tanaman sawi tidak terlalu
sulit.Sawi dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik hampir di semua jenis
tanah. pH tanah yang optimal untuk budidaya sawi berkisar antara 6-6,5. Media
tanam yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung
humus, subur, serta pembuangan airnya baik.
Daerah penanaman yang cocok untuk tanaman sawi adalah
mulai dari ketinggian 5 meter-200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya
dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100-500 meter di atas
permukaan laut.
1.4 Teknik Budidaya Tanaman Sawi
A.
Penyemaian
Bibit.
Tanaman sawi sebelum ditanam, dibibiti terlebih dahulu. Ada 2 cara
pembibitan tanaman sawi :
1.
Benih di semai di bedengan yang berukuran
kecil 0.5 x 1 m² atau luas ukuran sesuai dengan kebutuhan bibit.
2.
Benih di semai di wadah plastik (Poly Bag)
dengan luas ukuran wadah sesuai kebutuhan bibit.
Sebelum benih disemai, benih direndam dengan air
selama ± 2 jam. Selama perendaman, benih yang mengapung dipisahkan dan dibuang.
Benih yang tenggelam digunakan untuk disemai. Kemudian benih disebar secara
merata diatas persemaian dengan tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1, media tanam setebal ± 7 cm. Benih yang telah disebar
disiram sampai basah kemudian ditutup dengan daun pisang atau karung goni
selama 2-3 hari. Bila bibit sudah berumur 2-3 minggu setelah disemai, bibit
tersebut sudah siap untuk ditanam. Sebaiknya benih yang disemau tersebut
diteduhkan di rumah persemaian sampai bibit berumur 2-3 minggu. Bibit tersebut
sudah siap untuk ditanam.
Teknik budidaya sawi banyak jenisnya antara lain :
Ditanam di lahan terbuka, ditanam di dalam polybag, ditanam dengan sistem hidroponik,
ditanam dengan sistem vertikulur, dan masih banyak lagi.
1.
Teknik Budidaya Sistem Hidroponik
Langkah-langkah penanaman secara
hidroponik untuk tanaman sawi adalah sebagai berikut :
a. Siapkan wadah persemaian . Masukkan media berupa pasir halus yang
disterilkan setebal 3 – 4 cm. Taburkan benih sawi di atasnya selanjutnya tutupi
kembali dengan lapisan pasir setebal 0,5 cm.
b. Setelah bibit tumbuh dan berdaun 3 – 5 helai (umur 3 – 4 minggu0,
bibit dicabut dengan hati-hati, selanjutnya bagian akarnya dicuci dengan air
hingga bersih, akar yang terlalu panjang dapat digunting.
c. Bak penanaman diisi bagian bawahnya dengan kerikil steril setebal
7 – 10 cm, selanjutnya di sebelah atas ditambahkan lapisan pasir kasar yang
juga sudah steril setebal 20 cm.
d. Buat lubang penanaman dengan jarak sekitar 25 x 25 cm, masukkan
bibit ke lubang tersebut, tutupi bagian akar bibit dengan media hingga melewati
leher akar, usahakan posisi bibit tegak lurus dengan media.
e. Berikan larutan hidroponik lewat penyiraman, dapat pula pemberian
dilakukan dengan sistem drip irigation atau sistem lainnya, tanaman baru
selanjutnya dipelihara hingga tumbuh besar.
Gambar Teknik Budidaya Sistem Hidroponik
2.
Teknik Budidaya Sistem
Vertikulur
Teknik Vertikulur adalah teknik budidaya
tanaman secara vertikal di ruang sempit dengan memanfaatkan bidang sebagai
tempat bercocok tanam, sehingga penanamannya menggunakan sistem budidaya
pertanian secara bertingkat baik indoor maupun outdoor.
Tujuan utama aplikasi teknik vertikultur adalah memanfaatkan lahan sempit
seoptimal mungkin. Tanaman sawi dan caisim sangat cocok jika kita budidayakan
secara vertikultur karena memiliki perakaran yang pendek. Langkah – angkah
penanaman secara vertikul untuk tanaman sawi atau caisim adalah sebagai berikut
:
a.
Benih disemaikan pada
kotak persemaian denagn media pasir. Bibit dirawat hingga siap ditanaman pada
umur 14 hari sejak benih disemaikan.
b.
Sediakan media tanam
berupa tanah top soil, pupuk kandang, pasir dan kompos dengan perbandingan
2:1:1:1 yang dicampur secara merata.
c.
Masukkan campuran
media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x 30 cm.
d.
Pindahkan bibit
tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang tersedia. Tanaman yang
dipindahkan biasanya telah berdaun 3 – 5 helai.
e.
Polybag
yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House.
Gambar Teknik Budidaya
Sistem Vertikulur
3.
Teknik Budidaya Sistem Lahan
Terbuka
Penyiapan Lahan Untuk
Penanaman Bibit
A. Pengolahan Tanah.
Pengolahan tanah untuk penanaman bibit dilakukan dalam selang waktu 25 hari
setelah mempersiapkan lahan persemaian, atau setelah selesai mempersiapkan
lahan persemaian, atau juga 10 hari stelah menyemai benih. Penanaman bibit
berlangsung 3 minggu (21 hari) baru dapat ditanami, sedangkan umur bibit pindah
21 – 30 hari setelah semai.
Lahan dibersikan dari gulma. Kemudian
tanahnya dicangkul sedalam 20 – 30 cm supaya gembur. Setelah itu, bedengan
dibuat dengan ketinggian sekitar 20-30 cm, lebar sekitar 1 m, dan panjang
tergantung ukuran/bentuk lahan. Jarak antar bedengan sekitar 40 cm atau
disesuaikan dengan keadaan tanah. Setelah tanah diratakan, permukaan bedengan
diberi pupuk kandang, dengan dosis 100 kg/100 m². Semprot larutan pupuk cair
Bioboost/EM4 (10 ml/1 liter air) pada permukaan bedengan, kemudian permukaan bedengan
ditutup dengan tanah. Biarkan selama 3 hari dan bedengan siap untuk ditanami.
Jika tanah terlalu asam maka dapat dilakukan pengapuran hingga pH tanah sesuai
untuk tanaman sawi. Pengapuran pada umumnya menggunakan dolamit, untuk
menaikkan pH tanah sebesar 0,1 diperlukan kapur dolamit sekitar 312 kg/Ha. Cara
melakukan pengapuran tanah adalah kapur disebarkan secara merata pada permukaan
tanah, kemudian tanah dicangkul tipis-tipis sampai tercampur merata dengan
tanah. Sebelum dilakukan pengapuran tanah, sebaiknya dilakukan pengukuran
pHtanh terlebih dahulu . untuk mengetahui pH tanah , cara pengukurannya adalah
sebagai berikut:
Þ Tanah diambil secara acak dan merata pada petak kebun.
Þ Tanah yang telah diambil, kemudian dicampur hingga merata. Lalu tanahdiambil
secukupnya kira-kira satu cangkul.
Þ Tanah yang satu cangkul tersebut, dimasukkan kedalam ember yang berisi air,
lalu dibiarkan sampai mengendap.
Þ Setelah tanah mengendap, air dipisahkan dari endapan kedalam ember lain.
Þ Selanjutnya, air tersebut diukur pH-nya dengan kertas lakmus atau pH meter.
Nilai pH tersebut menunjukkan derajat keasaman tanah (pH tanah).
Þ Setelah pH tanah diketahui dan bila tanah kurang dari 6, maka harus
dilakukan pengapuran tanah hinggapH tanah mencapai 6-7 sesuai dengan yang
dikehendaki tanaman sawi.
Þ Pemindahan Bibit Dan
Waktu Penyeleksian Bibit
Penanaman Bibit di Kebun
Didalam penanaman sawi di kebun meliputi pekerjaan-pekerjaan sbagai berikut
: pemindahan bibit dan seleksi bibit, pengaturan jaraktanam, cara menanam dan
waktu penanaman.
Pemindahan dan penyeleksian bibit dapat
kita lakukan yaitu mecabut bibit dengan hati - hati dari persemaian, lalu
sleksi setelah itu bisa langsung di tanam di lahan. Untuk memudahkan penananman
nantinya penyemaian di lakukan di tempat dekat lahan penanaman.
Cara ini lebih mudah dan hemat wkatu, tapi
kematian tanaman tanam lebih besar karna ketidak hati-hatian dalam mencabut
tanaman dan waktu penanamannya yang tidak sesuai. Jika menggunakan sistem
langsung tanam sebaiknya tanaman di kasih peneduh yang terbuat dari kulit pohon
pisang yang di telungkupkan membentuk piramida dan ditancapkan di tanah.
1.
Pengaturan Jarak Tanam
Jarak tanam sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil panen. Pengaturan jarak
tanam harus disesuaikan menurut varietas yang di tanam. Pada umumnya jarak
tanam yang digunakan adalah 30 cm x 40 cm.
Jarak tanam yang terlalu
rapat akan meningkatkan kelembaban disekitar tanaman. Keadaan ini dapat memacu
pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu, terutama golongan cendawan.
Selain itu banyak lagi pengaruhnya jika tanaman di tanam terlalu rapat. Jarak
tanam juga mempengaruhi jumlah bibit. Dengan jarak tanam 30 cm x 40 cm
diperlukan bibit sejumlah 73.320 / Ha. Penentuan jarak tanam dapat menggunakan
meteran gulung atau tali yang telah di tandai.
2.
Cara Menanam
Sehari sebelum bibit
ditanam, tanah tempat penanaman bibit diberi air pengairan. Selanjutnya buat
lubang dengan sekitar 8 cm. Dan dalamnya lunbang sektiar 10 cm pada lahan yang
akan di Tanami. Bibit kemudian ditanam sedalam leher akar. Pada bibit yang
diambil sistem cabutan, akar-akar serabut nya ditata secara menyebar. Kemudian
di sekitar pangkal batang diurug tanah sambil di tekan agar tanaman dapat
berdiri tegak dan kuat.
Selesai penanaman selalu
di lakukan penyiraman (memberikan air pengairan). Pada daerah yang beririgasi
teknis , pemberian air dapat dilakukan dengan sistem “leb”. Sedangkan untuk
darah yang tak beririgasi, penyiraman dapat digunakan gembor.
3.
Waktu Penanaman.
Didalam penanaman waktu
penanam harus tepat agar tanaman tumbuh dengan baik, disarankan agar tanaman di
tanam di pagi hari atau sore hari. Penanaman pada siang hari dapat menimbulkan
kelayuan pada tanaman, sebab tanaman yang baru ditanam akarnya blum dapat
berfungsi dengan sempurna dalam penyerapan air. Disampng kelayuandapat
juga disebabkankarena belum adanya keseimbangan antara jumlah air yang
diserap oleh akar tanaman dengan proses transpirasi(penguapan air) yang terjadi
pada tanaman itu sendiri . sehinnga dengan demikian penanaman pada waktu
siang dan pagi hari dapat mencegah kelayuan . waktu pagi hari yang dianjurkan
adalah sebelum jam 09.00 dan pada sore hari setelah jam 15.00.
Bibit yang ditanam di
kebun tak semuanya tumbuh baik. Ada kalanya sebagian tanaman mengalami ganguan
saat di pindahkan dikebun mengalami gangguan atau hambatan pertumbuhan, seperti
tnaman rusak, tumbuhan kerdil dan kurus bahkan sampai ada yang mati. Tanaman
–tanaman yang telah mengalami gangguan segera di ganti dengan tanaman yang baru
agar produksinya tetap tinggi.
Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan ini
merupakan pemupukan yang kedua setelah pemupukan dasar yang telah dilakukan
pada saat pengolahan lahan. Jenis pupuk yang digunakan untuk pupuk susulan
yaaitu pupuk urea yang mengandung zat niitrogen; pupuk SP-36 (super phosphate),
yang mengandung zat phosphat; dan pupuk KCL (kalium klorida) yang mengandung
kalium. Pupuk urea mengandung nitrogen (N) 46%, pupuk SP-36 mengandung phosphat
(P2O5) 36%, PUPUK kcl mengandung (K2O) 60%.(
Cahyono, 2003). Penggunaan pupuk kimia
hendaknya memperhatika waktu pemupukan, dosis pemupukan, dan cara pemupukan.
Hal ini untuk menghindari dari pencemaran lingkungan, dan rusaknya angregat
tanah. Sehingga tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman.
Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam melakukan pemupukan susulan, yaitu dosis, waktu,
dan cara pemupukan.
§ Dosis dan waktu pemupukan.
Jumlah pupuk yang
diberikan dan waktu pemupukan sangat berpengaruh terhadap hasil panen, dimana
pemberian pupuk dengan jumlah (dosis) dan waktru pemupukan yang sesuai dapat
meningkatkan hasil panen yang sesuai.
Menurut cahyono,
kebutuhan pupuk NPK (Urea, SP-36,dan Kcl) perhektar sebagai pupuk sususlan
untuk tanaman sawi, adalah sebagai berikut :
Ø Pupuk urea = 220
kg/hektar
Ø Pupuk Kcl = 73
kg/hektar
§ Pupuk SP-36 = 73 kg/hektar
§ Cara Pemupukan
Cara pemupukan di lahan
terbuka yaitu pupuk kima seperti SP-36 dan kcl di berikan 7 hari sebelum tanam
sama seperi pupuk dasar dan pupuk urea di berikan setelah tanaman 21 hari
dengan cara pupuk urea di tabur dekat tanaman sawi .
§ Pengairan
Pemberian air yang cukup
akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman, jumlah daun,
luas daun, diameter batang, dan pertumbuhan genaratif seperti jumlah bunga,
buah,dan kualitas biji. Air pada tanaman sawi tergantung fase pertumbuhan
tanaman, keadaan iklim, jenis tanah dan teknik budidaya. Pada awal pertumbuhan
dapat diberikan air sebanyak 2 kali sehari tergantung cuaca.
Selain penyiraman
perlu juga dilakukan penyiangan dan pendangiran. Penyiangan harus dilakukan
dengan baik di sekitar tanaman, agar tidak adsanya perebutan unsur hara oleh
gulma, bagusnya gulma di cabut, secara manual atau secara mekanik, atau pun
bisa juga dilakukan secara kimiawi. Selain penyiangan perlu juga pendangiran
yaitu, pengolahan tanah secara ringan disekitar tanaman. Tujuannya adalah untuk
menggemburkan kembali tanah di sekitar tanaman yang sudah memadat karna
tertekan oleh air penyiraman atau juga berfungsi untuk memperbaiki tat letak
tanaman yang tanahnya hanyut dibawa air.
1.5 Hama dan Penyakit Tanaman Sawi
A.
Hama
Ø Ulat Tanah (Agrotis sp.)
Berwarna coklat sampai
coklat kehitaman, menyerang tanaman yang masih kecil/muda setelah ditanam di
lahan. Serangan biasanya terjadi pada malam hari, hal tersebut disebabkan
karena ulat ini takut sinar matahari. Pangkal batang tanaman yang masih sangat
sukulen digerek hingga putus, akibatnya tanaman mati karena sudah tidak
memiliki titik tumbuh. Apabila tanaman belum diserang, sebaiknya dilakukan
pencegahan dengan cara melakukan sanitasi lahan secara benar, termasuk pada
galengan atau parit di sekitar lokasi lahan. Akan tetapi bila tanaman sudah
terserang, perlu dilakukan pemberantasan. Serangan ulat tanah biasanya
berlangsung tidak serentak alias sedikit demi sedikit. Apabila ditemukan gejala
awal serangan, segera berantas dengan insektisida berbewntuk butiran (granul).
Caranya dengan menaburkan sedikit insektisida tersebut di samping pokok
tanaman, dengan dosis 0,3 - 0,4 gr per tanaman atau 6 kg insektisida granul per
hektar. Insektisida granul yang dapat diaplikasikan di antaranya Furadan 3 G
dan Curater 3 G.
Ø Ulat Grayak (Spodoptera litura dan Spodoptera exigua).
Spodoptera litura berukuran sekitar 15-25 mm, berwarna
hijau tua kecoklatan dengan totol-totol hitam di setiap ruas buku badannya.
Sedangkan Spodoptera exigua, mempunyai ukuran yang sama dengan Spodoptera
litura tetapi warna tubuhnya hijau sampai hijau muda tanpa totol-totol hitam di
ruas buku badannya. Kedua jenis ulat ini sering menyerang tanaman dengan cara
memakan daun hingga menyebabkan daun berlubang-lubang terutama pada daun muda.
Agar tanaman tidak terserang, maka perlu dilakukan pencegahan yaitu dengan
melakukan sanitasi lahan dengan baik. Selain itu juga perlu dilakukan dengan
cara memasang perangkap kupu-kupu di beberapa tempat. Perangkap ini dibuat dari
botol-botol bekas air mineral yang diolesi dengan produk semacam lem yang
mengandung hormon sex pemanggil kupu-kupu. Apabila tanaman ditemukan telah
terserang ulat ini, segera semprot dengan insektisida yang tepat yaitu Matador
25 EC, Curacron 500 EC dan Buldok 25 EC. Dosis yang digunakan disesuaikan
dengan anjuran pada label kemasan.
Ø Ulat Perusak Daun (Plutella xylostella),
Berwarna hijau muda, dengan panjang tubuh sekitar 7-10
mm. Pada saat melakukan penyerangan, ulat ini suka bergerombol dan lebih
menyukai pucuk tanaman. Akibatnya daun muda dan pucuk tanaman berlubang-lubang.
Jika serangan sudah sampai ke titik tumbuh tunas, pertumbuhan tanaman akan
terhenti, sehingga proses pembentukan krop akan sangat terganggu, dan lebih
parah lagi, krop tidak terbentuk. Agar tidak mudah terserang maka perlu
dilakukan sanitasi (penyiangan) lahan dengan baik. Jika serangan hama ini sudah
tampak, segera semprot dengan insektisida yang tepat, yaitu March 50 EC,
Proclaim 5 SG, Decis 2,5 EC dan Buldok 25 EC. Dosis yang digunakan sesuai
anjuran yang ada pada label kemasan.
Ø Leaf Miner (Liriomyza sp.)
Serangga ini termasuk hama penggorok daun. Serangga
dewasa meletakkan telur di daun, selanjutnya larva yang berukuran sangat kecil
masuk ke dalam daun. Larva ini memakan daging daun dan hanya menyisakan kulit
daunnya. Akibatnya, di permukaan daun tampak bercak kuning kecoklatan
melingkar-lingkar ke segala arah yang sebenarnya merupakan jalur larva memakan
daging daun. Untuk mencegah terjadinya serangan dengan menghindari menanam di
lokasi yang terindikasi banyak serangan hama ini. Selain itu tentu saja perlu
dilakukan sanitasi lahan dengan baik. Namun bila sudah nampak gejala serangan,
segera semprot dengan insektisida sistemik karena sasaran hama berada di dalam
daging daun. Insektisida sistemik yang dapat digunakan di antaranya Trigard 75
WP dan Proclaim 5 SG. Dosis penggunaannya sesuai dengan anjuran yang terdapat
pada label kemasan.
B.
Penyakit
Ø Penyakit Busuk Daun (Phytoptora sp.).
Gejala serangan ditandai dengan bercak basah coklat
kehitaman di daun. Bentuk bercak tidak beraturan, awalnya kecil, lalu melebar
dan akhirnya busuk basah. Serangan akan semakin parah jika suhu dan kelembaban
udara terlalu tinggi. Umumnya kondisiini terjadi ketika hujan sehari diikuti
panas atau terik pada beberapa hari berikutnya. Agar tanaman tidak diserang,
sebaiknya dilakukan pencegahan dengan melakukan sanitasi lahan dengan baik,
selain itu juga hindari menanam pada musim hujan. Apabila menanam pada musim
hujan, jarak tanam perlu dilebarkan menjadi 30 x 25 cm, dan selokan diperlebar
agar sirkulasi air dan udara lancar. Namun bila sudah tampak gejala serangan,
segera semprot dengan fungisida yang tepat yaitu Bion M 1/48 WP, Topsin M 70 WB
dan Kocide 60 WDG. Dosis yang digunakan sesuai dengan anjuran yang ada pada
label kemasan.
Ø Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora brassicae).
Penyakit ini menyerang perakaran tanaman. Gejala
serangan ditunjukkan dengan tanaman tampak layu hanya pada siang hari yang
cerah dan panas. Sebaliknya, pada pagi hari kondisi tanaman segar. Pertumbuhan
tanaman yang terserang penyakit ini akan terhambat. Apabila tanaman dicabut,
akan tampak benjolan-benjolan besar seperti kanker di perakarannya. Jika
tingkat serangannya sudah parah, tanaman sama sekali tidak bisa berproduksi.
Pencegahan yang harus dilakukan adalah dengan :
· Menghindari menanam di lahan bekas tanaman sawi (brokoli, bunga kol, kol,
sawi putih, dan kailan) yang terindikasi serangan penyakit ini.
· Melakukan pergiliran tanaman, terutama dengan jagung dan kacang-kacangan
untuk memutus rantai hidup fungi penyebab penyakit ini.
· Penggunaan teknologi EMP dikombinasi dengan pengapuran tanah (untuk
menaikkan pH tanah).
Namun bila tanaman sudah terserang penyakit ini,
seharusnya dilakukan pemberantasan. Akan tetapi sampai saat ini belum ditemukan
fungisida untuk memberantas penyakit akar gada, khususnya setelah tanaman
terserang. Dengan demikian hal yang perlu diperhatikan adalah melakukan
pengawasan dan pencegahan secara ketat agar usaha tani sawi
DAFTAR PUSTAKA
makalah nya q ambek ya,,,
ReplyDeletemakasih.. ^_^
makalah nya q ambek ya,,,
ReplyDeletemakasih.. ^_^
oke silakan, semoga membantu :)
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteWalatra Jelly Gamat Kapsul
ReplyDelete