BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam kebudayaan yang masih hidup
hingga saat ini. Salah
satu unsur dari kebudayaan adalah tradisi. Tradisi merupakan suatu kegiatan yang berbau seni, mistis, agama, dan
dilakukan secara turun temurun. Tradisi dipengaruhi oleh kecenderungan untuk
berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan. Tradisi
biasanya dilakukan untuk memperingati suatu kejadian yang sakral pada masa
lampau ataupun dilakukan untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat yang telah diberikan. Tradisi di setiap daerah di Indonesia berbeda
dengan daerah lainnya. Setiap daerah memiliki nilai tradisi yang beragam dan
unik.
Salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan
tradisi adalah Jawa. Jawa memang terkenal dengan berbagai macam jenis tradisi yang ada di dalamnya. Baik tradisi kultural yang bersifat harian, bulanan
hingga yang bersifat tahunan, semuanya ada dalam tradisi budaya Jawa tanpa
terkecuali.
Berbagai macam tradisi yang ada di masyarakat jawa sangat banyak hingga sangat
sulit untuk dapat mendeteksi dan menjelaskan terkait dengan jumlah tradisi
dalam masyarakat jawa tersebut.
Salah satu tradisi masyarakat jawa yang masih
tetap dilakukan hingga sekarang dan sudah mendarah daging sebagai rutinitas
masyarakat setiap tahunnya adalah tradisi sedekah bumi. Sedekah bumi merupakan salah
satu tradisi yang dilakukan masyarakat di suatu daerah tertentu sebagai ucapan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah yang diberikan. Tradisi Sedekah
bumi merupakan salah satu bentuk ritual tradisional yang dilakukan secara turun
temurun dari nenek moyang.
Ritual merupakan serangkaian
kegiatan yang dilaksanakan terutama
untuk tujuan simbolis. Ritual dilaksanakan berkenaan dengan upacara
keagamaan yang dilakukan oleh sekumpulan manusia.
Kegiatan-kegiatan dalam ritual biasanya sudah diatur dan ditentukan sehingga
tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan.
Banyak daerah di Indonesia, khususnya Jawa
Tengah masih melaksanakan tradisi sedekah bumi tersebut. Kabupaten Rembang merupakan salah satu
Kabupaten di Jawa Tengah yang rutin mengadakan tradisi Sedekah Bumi. Hampir di
seluruh daerah di Kabupaten Rembang mengadakan tradisi tersebut.
Desa Dorokandang, Kecamatan Lasem merupakan
salah satu daerah yang tidak pernah absen dalam mengadakan tradisi sedekah
bumi. Tradisi sedekah bumi di Desa Dorokandang, Kecamatan Lasem dimaknakan
sebagai suatu ritual turun temurun yang dilakukan setelah panen padi. Tradisi
Sedekah Bumi tersebut dimaknai sebagai suatu ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian tentang salah satu
bentuk ungkapan budaya daerah yang masih dilakukan oleh sekelompok masyarakat
terkait dengan tradisi masyarakat yang patut untuk dilestarikan agar tidak
hilang ditelan oleh kemajuan zaman. Penelitian ini diberi judul “Tradisi Sedekah Bumi (Studi Fenomenologis
di Desa Dorokandang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang.”
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi di Desa Dorokandang, Kecamatan
Lasem, Kabupaten Rembang ?
1.2.2
Apa manfaat pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi di Desa Dorokandang,
Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang ?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Untuk mendeskripsikan pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi di Desa
Dorokandang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang.
1.3.2
Untuk mengetahui manfaat pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi di Desa
Dorokandang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Teoritis
a.
Memberi inspirasi serta mengembangkan ilmu pengetahuan.
b.
Menambah
pustaka terhadap kebudayaan tradisional Indonesia.
c.
Menciptakan bahan
penelitian mengenai pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi.
1.4.2
Manfaat Praktis
a.
Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang Tradisi Sedekah Bumi.
b.
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang Tradisi Sedekah Bumi.
c.
Melestarikan kebudayaan Indonesia terutama Tradisi
Sedekah Bumi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Kebudayaan
Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur
dalam bahasa Indonesia.
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni, Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun-temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain.
Menurut
Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,
norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,
religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan
artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor,
kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat. Menurut Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan
adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
2.2
Tradisi
Tradisi
(Bahasa Latin : traditio, “diteruskan”) atau kebiasaan, dalam pengertian
yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan
menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Biasanya dari suatu
negara, kebudayaan, waktu, atau Agama yang sama.Hal yang paling mendasar dari
tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik
tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.Dalam
suatu masyarakat muncul semacam penilaian bahwa cara acara yang sudah ada
merupakan cara yang terbaik untuk menyelesaikan persoalan. Biasanya sebuah
tradisi tetap saja dianggap sebagai cara atau model terbaik selagi belum ada
alternatif lain.
Tradisi
merupakan roh dari sebuah kebudayaan. Tanpa tradisi tidak mungkin suatu
kebudayaan akan hidup dan langgeng. Dengan tradisi hubungan antara individu
dengan masyarakatnya dapat harmonis. Dengan tradisi sistem kebudayaan akan
menjadi kokoh. Bila tradisi dihilangkan maka ada harapan suatu kebudayaan akan
berakhir disaat itu juga. Setiap sesuatu menjadi tradisi biasanya telah teruji
tingkat efektifitas dan tingkat efesiensinya. Efektifitas dan efesiensinya
selalu terupdate mengikuti perjalanan perkembangan unsur kebudayaan.
Berbagai bentuk sikap dan tindakan dalam menyelesaikan persoalan kalau tingkat
efektifitasnya dan efesiensinya rendah akan segera ditinggalkan pelakunya dan
tidak akan pernah menjelma menjadi sebuah tradisi. Tentu saja sebuah tradisi
akan pas dan cocok sesuai situasi dan kondisi masyarakat
pewarisnya.
2.3
Upacara
Adat di Tanah Jawa
Pada masyarakat Jawa,
tradisi biasanya berkaitan dengan peristiwa
kelahiran, kematian dan perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata
banyak ragamnya. Berbagai tradisi tersebut
secara turun temurun dilestarikan oleh para pendukungnya dengan berbagai
motivasi dan tujuan yang tidak lepas dari pandangan hidup masyarakat Jawa pada
umumnya. Menurut Mulder, pandangan hidup masyarakat Jawa sangat menekankan pada
ketenteraman batin, keselarasan, dan keseimbangan, serta sikap menerima
terhadap segala peristiwa yang terjadi sambil menempatkan individu di bawah
masyarakat serta masyarakat di bawah alam.
Hubungan manusia dengan individu manusia dilestarikan dengan upacara-upacara atau ritual. Hubungan manusia dengan
alam melahirkan kepercayaan yang juga
dilestarikan. Dalam rangka menjaga keharmonisan hubungan antara individu dengan
leluhurnya ataupun dengan alam maka dilakukan upacara-upacara tradisional.
Kehidupan masyarakat Jawa
pada dasarnya sarat dengan nilai-nilai religi. Religi berasal dari kata
“religare” yang berarti meyakini, bersatu padu dengan samadi. Religi sebagai
gerak keterlibatan hari nurani manusia yang meyakini adanya nilai-nilai kudus
sehingga membuat manusia tunduk dengan sendirinya tanpa adanya suatu paksaan.
Fraser, sebagaimana dikutip Koentjaraningrat antara lain menyebutkan bahwa
munculnya religi bersifat evolusif, yakni mula-mula manusia memecahkan
persoalan hidupnya melalui pengetahuan dan akalnya. Soal-soal yang tidak
terpecahkan dengan akal diselesaikan dengan “magic”, dan akhirnya manusia
menyadari bahwa alam didiami oleh makhluk halus. Bersamaan dengan makin
lemahnya kemampuan rasional manusia mengakibatkan tumbuh suburnya keyakinan
terhadap sesuatu yang gaib, seperti keyakinan terhadap dewa, alam, hantu, dan
roh nenek moyang.
Pada dasarnya upacara
merupakan permohonan dalam pemujaan atau pengabdian yang ditujukan kepada
kekuasaan leluhur yang menguasai kehidupan manusia, sehingga keselamatan serta
kesengsaraan manusia tergantung pada kekuasaan itu. Menurut Geertz, upacara
merupakan suatu adat atau kebiasaan yang diadakan secara tepat menurut waktu
dan tempat, peristiwa atau keperluan tertentu. Kemudian, menurut Subagya,
upacara merupakan bentuk kegiatan simbolis yang menkonsolidasikan atau
memulihkan tata alam dengan menempatkan manusia dalam tata alam tersebut, di
mana dalam ritus, atau upaya tersebut dipakai kata-kata, doa-doa, dan
gerak-gerak tangan atau badan.
Dari berbagai pendapat
tentang upacara dapat dipahami bahwa upacara yang dilakukan oleh manusia pada
hakekatnya merupakan tata alam sesuai dengan adat kebiasaan untuk mendapatkan
ketenteraman dan keselamatan hidup serta sebagai perwujudan dari keterbatasan
kemampuan manusia dalam menghadapi tantangan hidup, baik yang berasal dari diri
sendiri atau dari alam sekitarnya. Berbagai upacara yang dilakukan oleh
masyarakat bertujuan mengadakan kontak langsung dengan para leluhur, roh-roh,
dewa-dewa dan juga dengan Yang Maha Kuasa. Para penganut agama asli Indonesia
percaya adanya aturan tetap, yang mengatasi segala kejadian di dunia yang
dilakukan manusia.
Upacara tradisional adalah
segala sesuatu yang berkaitan dengan perbuatan yang bersifat turun temurun,
antara lain pandangan hidup, kepercayaan, kesenian, upacara yang semuanya
dilakukan menurut adat atau aturan agama dan keyakinan yang dianut manusia
pendukungnya. Upacara itu juga merupakan kegiatan sosial yang meliputi warga
masyarakat dalam usaha mencapai tujuan keselamatan bersama dan menjadi bagian
integral dari kebudayaan masyarakat. Tradisi memperingati atau merayakan
peristiwa penting dalam perjalanan hidup manusia dengan melaksanakan upacara merupakan
bagian dari kebudayaan masyarakat sekaligus manifestasi upaya manusia
mendapatkan ketenangan rohani, yang masih kuat berakar sampai sekarang.
2.4
Upacara
Sedekah Bumi
Sedekah bumi atau Bersih
desa adalah suatu ritual budaya peninggalan nenek moyang sejak ratusan
tahun lalu. Dahulu pada masa Hindu ritual tersebut dinamakan sesaji bumi. Pada masa Islam, terutama pada masa Wali songo ritual budaya sesaji bumi
tersebut tidak dihilangkan, tetapi
dipakai sebagai sarana untuk melestarikan dan mensyiarkan ajaran Allah
yaitu ajaran tentang Iman dan Takwa. Untuk
mensyiarkan dan melestarikan ajaran Iman dan Takwa, maka para Wali menumpang
ritual budaya sesaji bumi yang pada
masa lampau ditujukan untuk
alam diubah namanya menjadi sedekah bumi yang diberikan kepada manusia
khususnya anak yatim dan fakir miskin tanpa membedakan suku, agama, ras, atau
golongan.
Sebenarnya ritual sedekah bumi
sudah lama dikenal bangsa Indonesia
jauh sebelum mencapai kemerdekaan dengan mendirikan NKRI. Sebelum agama islam masuk
ke tanah air, ketika
belum muncul nama indonesia, sebagian penduduk berpegang pada kepercayaan lama,
yang dalam istilah ilmu agama disebut
animisme, dinamisme, fetisisme, dan politheisme. Sebagian yang lain memeluk
agama hindu dan buddha. Mereka mempercayai adanya kekuatan supernatural yang
mengusai alam semesta, berupa dewa-dewa. Upacara-upacara
yang dimaksudkan untuk memuja dewa bumi tetap
dilaksanakan, meski sebagian penduduk itu sudah memeluk
agama islam. Hanya saja, mantra-mantranya diganti dengan doa-doa secara islam,
dan nama upacara disesuaikan dengan ajaran islam, yaitu dengan istilah sedekah
bumi.
Masyarakat
jawa, memang terkenal dengan beragam jenis tradisi budaya yang di ada di
dalamnya. Salah satu tradisi masyarakat jawa yang hingga sampai sekarang masih
tetap eksis dilaksanakan dan sudah mendarah daging serta menjadi rutinitas bagi
masyarakat jawa pada setiap tahunnya adalah sedekah bumi.
Tradisi sedekah bumi ini,
merupakan salah satu bentuk ritual tradisional masyarakat di pulau jawa yang
sudah berlangsung secara turun-temurun dari nenek moyang orang jawa terdahulu.
Ritual sedekah bumi ini biasanya dilakukan oleh mereka pada masyarakat jawa
yang berprofesi sebagai petani yang menggantungkan kehidupan keluarga dan sanak
famili mereka dari mengais rezeki dengan memanfaatkan kekayaan alam
yang ada di bumi. Bagi masyarakat jawa khususnya para kaum petani, tradisi
ritual tahunan semacam sedekah bumi bukan hanya merupakan sebagai rutinitas
atau ritual yang sifatnya tahunan belaka. Akan tetapi tradisi sedekah bumi dimaknai sebagai
salah satu bagian yang sudah menyatu dengan masyarakat yang tidak akan mampu
untuk dipisahkan dari budaya jawa.
Ritual sedekah bumi yang
sudah menjadi rutinitas bagi masyarakat jawa ini merupakan salah satu jalan dan
sebagai simbol penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi sumber
kehidupan. Menurut
cerita dari para nenek moyang orang jawa terdahulu, tanah merupakan pahlawan
yang sangat besar bagi kehidupan manusia di muka bumi. Oleh karena itu tanah harus diberikan penghargaan yang layak dan
besar. Dan ritual sedekah bumi inilah yang menurut mereka sebagai salah satu
simbol yang paling dominan bagi masyarakat jawa khususnya para petani untuk
menunjukan rasa cinta kasih sayang dan sebagai penghargaan manusia atas bumi
yang telah memberi kehidupan bagi manusia.
Selain itu, Sedekah bumi
dalam tradisi masyarakat jawa juga merupakan salah satu bentuk untuk menuangkan
serta mencurahkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan berkah
yang telah diberikannya. Sehingga seluruh masyarakat jawa bisa menikmatinya.
Sedekah bumi pada umumnya dilakukan sesaat setelah masyarakat yang mayoritas
masyarakat agraris menuai panen raya. Sebab tradisi sedekah bumi hanya berlaku
bagi mereka yang kebanyakan masyarakat agraris dan dalam memenuhi kebutuhannya
dengan bercocok tanam.
2.5
Fenomena
Tradisi Sedekah Bumi di Desa Dorokandang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang
Pada acara tradisi sedekah bumi biasanya seluruh masyarakat
sekitar membuat tumpeng dan berkumpul menjadi satu di tempat sesepuh kampung,
di balai desa atau tempat-tempat yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat
setempat untuk menggelar acara ritual sedekah bumi tersebut. Setelah itu,
kemudian masyarakat membawa tumpeng tersebut ke balai desa atau tempat-tempat
untuk di do’akan oleh tetua
adat. usai di do’akan oleh sesepuh atau tetua adat, kemudian kembali diserahkan
kepada masyarakat setempat yang membuatnya sendiri. Nasi tumpeng yang sudah di
do’akan oleh sesepuh kampung atau tetua adat setempat kemudian di makan secara
ramai-ramai oleh masyarakat yang merayakan acara sedekah bumi itu. Namun, ada
juga sebagian masyarakat yang membawa pulang nasi tumpeng tersebut untuk
dimakan beserta sanak keluarganya di rumah masing-masing.
Menurut adat istiadat dalam
tradisi budaya ini, di antara makanan yang menjadi makanan pokok yang harus ada
dalam tradisi ritual sedekah bumi adalah nasi tumpeng dan ayam panggang.
Sedangkan yang lainnya seperti minuman, buah-buahan dan lauk-pauk hanya
bersifat tambahan saja, tidak menjadi perioritas yang utama. Dan pada acara
akhir, nantinya para petani biasanya menyisakan nasi, kepala dan ceker ayam,
ketiganya dibungkus dan diletakkan di sudut-sudut petak sawahnya masing-masing.
Dalam puncak acara ritual
sedekah bumi di akhiri dengan melantunkan do’a bersama-sama oleh masyarakat
setempat dengan dipimpin oleh tetua adat. Do’a dalam sedekah bumi tersebut
umumnya dipimpin oleh tetua adat atau sesepuh kampung yang sudah sering dan
terbiasa memimpin jalannya ritual tersebut. Ada yang sangat menarik dalam
lantunan do’a pada ritual tersebut. Yang menarik dalam lantunan doa tersebut
adalah kolaborasi antara lantunan kalimat-kalimat Jawa dan yang dipadukan
dengan khazanah-khazanah doa yang bernuansa Islami
2.5
Manfaat
Tradisi Sedekah Bumi di Desa Dorokandang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang
Dari sisi atraksi budaya,
Upacara Sedekah Bumi cukup menarik karena melibatkan seluruh masyarakat yang
merasa memiliki tradisi tersebut. Dengan terlibatnya masyarakat secara merata
membuat tradisi ini mampu terpelihara dari waktu ke waktu dengan berbagai
nuansa-nuansa baru dengan tetap mempertahankan persyaratan upacara yang
dianggap harus ada, baik dari segi peralatan maupun langkah- langkah yang harus
dilalui. Upacara Sedekah Bumi ini, disamping menarik bagi masyarakat pendukung
budaya tersebut sebagai bagian dari aktifitas budaya penyelarasan dengan alam
lingkungan, juga menjadi tontonan budaya bagi masyarakat lain yang tidak
terlibat secara langsung dengan kegiatan ini. Dengan berkumpulnya berbagai
lapisan masyarakat pendukung maupun yang datang sebagai penonton, maka tradisi
ini sekaligus dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata, minimal wisata local.
Munculnya aktifitas budaya
ini juga dibarengi dengan aktifitas ekonomi. Setiap kali perayaan pasti
mendatangkan penjual makanan kecil maupun warung-warung souvenir dan oleh-oleh
yang menjadi makanan khas disana. Atraksi ini mampu mendatangkan betuk kegiatan
ekonomi baru sebagai unit usaha yang mendukung kegiatan pariwisata meskipun
masih dalam lingkup kecil atau local. Namun demikian lama kelamaan dengan
tersebarnya informasi mengenai lokasi-lokasi wisata yang ada di Kabupaten
Jepara, diharapkan Upacara Sedekah Bumi ini dapat menjadi daya tarik wisata
yang bersifat nasional.
Apalagi melihat
perkembangan yang ada di Jepara sekarang ini berkaitan dengan hadirnya para
pengusaha asing untuk melakukan kegiatan ekonomi pada industri kerajinan ukir.
Biasanya para pendatang asing tersebut juga tertarik dengan tradisi budaya yang
masih terpelihara untuk lebih mudah menyesuaikan dengan kebiasaan masyarakat.
Langkah strategis yang ditempuh oleh Dinas Pariwisata Jepara juga dapat
dijadikan indikator bahwa Upacara Sedekah Bumi memberikan kontribusi pada daya
tarik wisatawan, dengan cara memasukkannya sebagai salah satu jadwal paket
wisata yang dapat dikunjungi. Hal tersebut sekaligus menjadi salah satu sumber
pendapatan Pemerintah Kabupaten, baik berupa pajak penjualan pada warung-warung
dan pemasukan bagi masyarakat sendiri sebaagi penjual. Berkaitan dengan hal
tersebut, Pemerintah Kabupaten sendiri mempunyai kepedulian untuk melestarikan
tradisi ini. Di satu sisi sebagai salah satu sumber pemasukan daerah, sisi
lainnya memang sudah menjadi bagian sumber mata pencaharian tambaha masyarakat
sekitar objek wisata tersebut dengan menjual makanan, jasa penitipan sepeda dan
transportasi.
Masyarakat secara umum
merasa bahwa pelaksanaan tradisi sedekah bumi memberikan manfaat. Pertama,
sebagai sarana bersyukur pada sang pencipta karena selama satu tahun masyarakat
talah diberi rezeki hasil panen. Kedua sebagai media pembelajaran bagi setiap
pemimpin desa bagaimana menempatkan dirinya menjadi seorang pemimpin yang baik.
Mampu mengayomi dan menciptakan ketentraman dan kasejahteraan seluruh
masyarakat. Ketiga, tadisi sedekah bumi ini merupakan sarana hiburan bagi
masyarakat, berupa wayang maupun tayub. Keempat, pada saat dilakukan sedekah
tersebut biasanya muncul usaha-usaha sampingan penduduk baik dalam bentuk jasa
maupun makanan kecil, sebagai cara untuk menambah pendapatan penduduk. Kelima,
sebagai sarana untuk mengingat perjalan sejarah desa, baik yang berupa cerita
rakyat maupun yang sudah dapat dibuktikan kebenarannya.
Terutama dalam tradisi
sedekah Bumi ini adalah sejarah mengenai perjuangan ratu Kalinyamat. Menurut
cerita masyarakat setempat yang selalu dituturkan melalui prosesi Sedekah bumi,
pada waktu ratu bertapa yang memakan waktu cukup lama, banyak sekali rambut
panjangnya rontok. Rambut-rambut tersebut kemudian dikumpulkan ditanam oleh
Kasturi (sesepuh dukuh) bapaknya rukan sehingga seolah-olah seperti makam. Ada
dua bumbung yang berhasil ditemukan, yang satu berisi rontokan rambut sedangkn
satunya cacatan namun sulit dilacak keberadaanya dan hilang. Akan tetapi
masyarakat meyakini bahwa meskipun buktinya belum ditemukan namun keberadaan
Ratu Kalinyamat diyakini adanya.
DAFTAR PUSTAKA
https://gudangsejarah.wordpress.com/2013/01/21/sedekah-bumi/
terimakasih untuk komennya.
ReplyDeleteHallo kak, apakah boleh bertanya?
ReplyDeleteHalo dik maaf baru menjawab, silakan mau tanya apa?
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete